This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 06 Januari 2014

Men Along The Curve 2013

Tahun 2013 menjadi salah satu tahun yang menyimpan banyak rekam jejak perubahan perekonomian Indonesia. Tercatat pergantian menteri keuangan sebanyak dua kali dan penggantain gubernur Bank Indonesia serta beberapa pejabat penting di kementrian lain menjadi topik hangat pasar Indonesia pada tahun 2013 ini. Di samping kondisi makronya yang masih terbilang baik, ternyata Indonesia juga tidak terlepas dari sentimen terhadap perubahan tokoh-tokoh sentral perekonomian ini.

Berbeda dengan tahun 2012 lalu yang pergerakan indikator ekonomi baik di pasar saham maupun valas yang relatif stabil, tahun 2013 ini pergerakannya lebih fluktuatif. Seperti yang saya paparkan sebelumnya, selain dampak eksternal yang begitu kuat seperti berbaga kebijakan The Fed, Uni Eropa dan lain-lain pergerakan ini disinyalir jga merupakan dampak dari citra sosok-sososk yang keluar dan masuk dari tim ekonomi negara Indonesia.


Kita bisa melihat bagaimana ekor kurva yang merupakan rekam historis di tahun 2012 yang relatif stabil sampai penutupan. Amat berbeda dengan pergerakan dari tengah taun sampai penutupan kuartal ke tiga yang “berombak”.

Penulis tidak ingin menganggap kecil, atau menafikan dampak eksternal seperti sempat bangkrutnya pemerintahan Amerika yang membuat The Fed mengeluarkan beberapa kebijakan yang akhirnya membuat dollar menunjukan anomalinya yaitu menguat saat kondisi ekonomi Amerika menurun. Alhasil, tentu saja berdampak pada nilai tukar rupiah yang baru-baru ini mencapai 12.000. Dampak nilai tukar tersebut tentu saja berdampak ke sektor rill. Juga tentang memanasnya politik timur tegah pasca kudeta di Mesir.
Namun mungkin sedikit melihat lebih dekat bagaimana pola kurva tersebut mengikuti beberapa kejadian penting tentang pergantian sosok-sosok sentral ekonomi Indonesia rasanya juga cukup perlu dan menarik. Tentang bagaimana sebuah pergantian baik keputusan, maupun sosok (yang biasanya otomatis mengganti kebijakan juga) direspon oleh pasar.

Agus Martowardojo diberhentikan menjadi Menteri Keuangan pada akhir April 2013 untuk menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Walaupun tren pasar saat itu memang sedang naik, kita bisa lihat tanda lingkarang biru yang penulis buat pada kurva pergerakan saham tersebut. Hal ini juga merepresentasikan bahwa pengganti sementaranya yaitu Hatta Radjasa juga dikenal baik oleh pasar. Sehingga tren yang dibuat pada saat itu bisa konsisten naik.

Kemudian pergantian menteri keuangan berikutnya dari yang sementara menjadi definitif disambut baik pasar sehingga akhir Juni lalu IHSG bertengger di posisi tertingginya sepanjang sejarah yaitu di level 5.251,296 pada intraday 21 Mei 2013 dan level penutupan 5.214,976 pada 20 Mei 2013. Chatib Basri yang merupakan seorang akademisi (dari Universitas Indonesia) yang sudah banyak melintang di sekitar kemetrian berslogan Negara Dana Raca tersebut dilihat sebagai orang yang baik dan terpercaya.

Walaupun segalanya  berubah dengan berubahnya iklim ekonomi dunia semua berbalik. Mulai dari kudeta di Mesir yang merubah iklim perpolitikan dunia. Hingga dampak sempat  bangkrutnya pemerintahan Amerika membuat gejolak yang cukup besar. Hingga Agus Marto Wardojo mengambil keputusan untuk menaikan suku bunga acuan menjadi 7.5% yang berdampak langsung pada pasar derivative, terutama instrument saham.
Kemudian juga ada hal menarik jika melihat secara teknikal pergerakan kurva persektornya.

Penulis ingin mengajak pembaca sekalian melihat bagaimana sektor migas, salah satu sektor yang paling ramai dalam pemberitaan sepanjang 2013 ini. Mulai dari pemberitaan terkait pengurangan subsidi BBM, korupsi Ketua SKK Migas dan banyak hal lain.

Bisa dilihat bagaiman menurunnya peforma saham-saham sektor migas yang klimaksnya terjadi pada pertengahan Agustus. Jika kita mengingat kembali, itu adalah kejadian saat Rubi Rubiandini ditangkap oleh KPK. Secara asumsi kasar yang penulis akui belum didukung dengan data yang kuat, bisa dibayangkan bahwa ketika penangkapan itu kekhawatiran para pelaku pasar yang melakukan kegiatannya di sektor mining memuncak. Betapa tidak, dengan logika dasar saja kita bisa menyimpulkan SKK yang merupakan hasil bubarnya BP Migas dan belum lama terbangun tiba-tiba disandung, dan langsung pimpinannya.

Sehingga pasti bisa diprediksi akan ada pergantian kepemimpinan. Pergantian kepemimpinan identik dengan uncertainty.

Bahkan jika melihat tren tersebut pun kita bisa ingat lagi kejadian awal tahun tentang asal-usul terbentuknya SKK Migas ini kita sedikit bisa jelaskan kurva sektor migas yang menurun ini. Mungkin saja pelaku pasar yang sudah confidence dengan BP Migas yang begitu kuat, berubah sikap pula seiring dengan berakhirnya era BP Migas yang diganti  dengan SKK Migas. Karena dari segi payung hukum pun keduanya sangat berbeda.

Demikan tulisan ini dibuat dengan asumsi-asumsi yang sebenarnya masih kasar dalam metedologinya. Jika kita bertanya pada seorang konsultan McKinsey, tulisan ini akan disebut “make the facts fit your solution”. Namun, hal terpenting yang sebenarnya penulis ingin sampaikan adalah bahwa pasar tidak buta, dia melihat, dia merespon akan keadaan-keadaan di sekitarnya. Saat pergantian sosok, saat pergantian jabatan, semua direspon oleh pasar. Dan penulis percaya, gambaran kasar ini memang benar-benar ada dan nyata. Terlepas dari asumsi bahwa banyak hal dianggap tidak mempengaruhi (konstan) atau yang dalam ilmu ekonomi disebut cateris paribus.

Mungkin ini bisa jadi gambaran betapa bahayanya sembarangan memilih orang dan memilih kebijakan. Dari riwayat yang ada selama ini bisa dilihat bahwa belum ada satu orangpun Presiden yang berani menempatkan sebagai pimpinan lembaga-lembaga strategis negara seperti Kementrian Keuangan, BUMN, Bank Indonesia dan sebagainya. Tentang Kementrian ESDM? Biarkan kurva, pasar dan pelaku serta rakyat yang menjawab

Oleh: Gigih Prastowo      
Universitas Indonesia
31 Desember 2013

Source:
http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Publication/Statistic/Monthly/2013/IDX-Monthly/20131009_IDX-Monthly-Sep-2013.pdf
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/06/26/228978/IHSG-Dekati-Posisi-Awal-Tahun